AkuratMaluku.com – Tim Inovasi Pendidikan terus menunjukkan kontribusi nyata dalam mengubah wajah pembelajaran di Maluku. Melalui program pelatihan guru madrasah dan sekolah dasar, mereka berhasil mendorong lahirnya praktik belajar yang lebih kreatif, menyenangkan, dan berlandaskan cinta.
Program ini salah satunya diimplementasikan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Cokro Aminoto, Waiheru, Ambon. Sekolah ini menjadi laboratorium penerapan metode pembelajaran inovatif hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Australia.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Agama RI, Fesal Musaad, yang hadir meninjau langsung praktik di kelas, memberi apresiasi besar kepada tim inovasi. Menurutnya, pendekatan ini telah membuka ruang baru bagi guru dan siswa untuk membangun suasana belajar yang hangat dan menumbuhkan kreativitas.
“Guru yang sudah dilatih mampu menghadirkan pembelajaran yang merdeka, penuh keceriaan, dan tidak membebani. Anak-anak tumbuh dengan empati, percaya diri, serta cinta belajar,” ujar Fesal di Ambon, Jumat (12/9/25).
Program inovasi pendidikan ini juga sangat relevansi dengan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). KBC sendiri tidak mengubah struktur kurikulum nasional, tetapi memberi ruang bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai cinta kepada Tuhan, sesama, lingkungan, bangsa, dan ilmu pengetahuan ke dalam proses belajar dengan inovasi.
“Cinta dalam kurikulum ini bukan sekadar slogan. Ia harus nyata dalam interaksi guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tapi juga literasi moral, kepedulian, dan tanggung jawab,” jelas Fesal.
Monitoring di sejumlah sekolah menunjukkan hasil positif. Kelas-kelas kini dipenuhi suasana saling mendukung, guru lebih percaya diri, dan siswa lebih aktif serta berani mengungkapkan ide. Bagi Fesal, ini menjadi pintu masuk penting bagi transformasi budaya pendidikan di Maluku.
Ia menegaskan bahwa madrasah memiliki peran strategis sebagai benteng literasi sekaligus benteng moral bangsa. Karena itu, ia berharap capaian tim inovasi di Maluku bisa diperluas ke lebih banyak daerah.
“Harapan saya, guru-guru yang sudah dilatih tidak berhenti pada dirinya sendiri, tetapi menularkan ilmu kepada komunitas lebih luas. Dengan begitu, dampak program bisa dirasakan oleh seluruh ekosistem pendidikan di Maluku,” katanya.
Saat ini, program baru menjangkau Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, dan Maluku Tenggara. Ke depan, cakupan ditargetkan merata di seluruh kabupaten/kota Maluku, sehingga mutu pendidikan di madrasah maupun sekolah dasar semakin meningkat.
Fesal menutup dengan menegaskan bahwa pendidikan berbasis cinta menjadi pondasi peradaban. “Jika anak-anak tumbuh dengan cinta kepada Tuhan, sesama, lingkungan, bangsa, dan ilmu pengetahuan, maka mereka akan menjadi benteng moral kebangsaan sekaligus membangun Indonesia yang bermartabat,” ujarnya.(***)