AkuratMaluku.com – Selama tiga periode menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Letjen TNI (Purn) Dr. Nono Sampono telah menorehkan jejak pengabdian yang nyata dan terukur. Salah satu bukti nyata dari dedikasi tersebut adalah keberhasilannya menjangkau hampir 800 desa dari total 1.567 desa yang tersebar di seluruh Provinsi Maluku.
Nono mengungkapkan bahwa sejak awal dirinya berkomitmen untuk tidak menjadi pejabat yang hanya berada di balik meja, tetapi benar-benar hadir di tengah masyarakat.
“Selama 3 periode ini, saya sudah menjangkau hampir 800 desa dari total 1.567 desa di Maluku. Kalau kecamatan, hampir semua sudah saya datangi. Jadi kalau ada yang tanya, ada apa di Gorom, Geser di Kabupaten Seram Bagian Timur atau bahkan Lakor di Kisar di Kabupaten Maluku Barat Daya,saya tahu, karena saya pernah sampai di sana semua,” Ujar Nono, kepada AkuratMaluku.com, Jumat (8/8/25).

Nono menjelaskan bahwa setiap kunjungan yang ia lakukan bukan hanya sekadar simbolis. Ia menjalankan strategi “Reses satu kabupaten-kota satu waktu”, yakni ketika berkunjung ke satu daerah, ia memastikan seluruh wilayah dalam kabupaten/kota tersebut dikunjungi hingga tuntas.
“Saya habiskan waktu secara penuh di satu kabupaten/kota sampai merata. Jadi lima tahun itu bisa lima kali putaran. Tiga periode, berarti seluruhnya sudah tercakup,” jelas mantan Wakil Ketua DPD RI itu.
Menurutnya, strategi itu dibuat agar kehadirannya di tengah masyarakat tidak bersifat formalitas, tetapi benar-benar membumi dan menyerap aspirasi masyarakat secara langsung.

Bagi Nono Sampono, kehadiran dan pelayanan kepada masyarakat bukan hanya bagian dari tugas sebagai senator, melainkan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban moral atas amanah yang diberikan rakyat Maluku.
“Saya menerima konsekuensi dari jabatan ini. Ini amanah yang harus saya jalankan dengan sungguh-sungguh. Apalagi saya punya kapasitas untuk itu. Sebelum jadi anggota dewan, saya sudah kerja di militer, dan setelah pensiun saya juga sempat di sektor swasta,” tuturnya.
Meskipun saat ini ia juga menjalani peran di dunia usaha, Nono menegaskan bahwa keterlibatannya di sektor swasta tidak pernah mengganggu komitmennya sebagai anggota DPD RI. Ia tetap menjalankan tugasnya secara profesional dan proporsional.

“Saya ini bukan orang baru dalam pengabdian. Tugas saya di swasta tidak mempengaruhi kinerja saya sebagai senator. Saya tahu batasannya, dan saya bekerja sesuai dengan koridornya. Saya tetap hadir untuk rakyat,” tegasnya.
Selama tiga periode menjangkau ratusan desa, Nono tidak hanya datang membawa pesan, tetapi juga mendorong sejumlah program yang berkaitan dengan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi lokal. Di banyak tempat, ia menjadi fasilitator antara masyarakat dan kementerian terkait agar program-program pusat dapat lebih efektif menyentuh wilayah kepulauan dan terpencil.
“Kehadiran saya tidak hanya untuk melihat, tapi juga mendorong agar wilayah-wilayah yang tertinggal bisa mendapat perhatian lebih dari pusat. Kita ini wilayah kepulauan, harus ada kebijakan afirmatif,” tegasnya.
Kini, di periode ketiganya, Nono Sampono menyebut dirinya tengah memasuki “putaran kedua” dari dedikasinya. Ia menargetkan akan menjangkau desa-desa yang belum sempat dikunjungi di periode sebelumnya.

“Sekarang saya masuk putaran kedua. Desa-desa yang belum sempat saya injak di periode pertama, saya kejar sekarang. Saya ingin saat mengakhiri masa jabatan, saya betul-betul tahu isi Maluku secara utuh. Tidak ada yang hanya saya baca di atas kertas,” pungkasnya.
Kiprah Nono Sampono adalah refleksi nyata dari bagaimana seorang senator dapat menjalankan fungsi representasi secara konkret. Bukan hanya lewat sidang dan legislasi di Senayan, tetapi melalui langkah kaki, tatap muka, dan sentuhan langsung ke jantung desa-desa Maluku.
Di tengah tantangan besar sebagai provinsi kepulauan yang luas dan tersebar, rekam jejak Nono menjadi catatan penting dalam sejarah perwakilan daerah yang tidak hanya bicara di pusat, tetapi juga bekerja dari pinggiran.(***)






