AkuratMaluku.com – Musyawarah Daerah (Musda) Partai Hanura Provinsi Maluku diwarnai kericuhan dan aksi walkout massal. Sebanyak sembilan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) meninggalkan forum setelah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) memutuskan menunjuk Barnabas Nataniel Orno (BNO) sebagai Ketua DPD Hanura Maluku.
Keputusan itu dibacakan Wakil Sekretaris Jenderal DPP Hanura, Serfasius Serbaya Manek, pada Sabtu (30/8/2025). Namun, bukannya disambut, keputusan tersebut justru memicu penolakan keras dari sebagian besar peserta.
Ketua DPC Maluku Tengah, Sulaiman Opier, sontak melontarkan protes terbuka di ruang sidang. Dengan nada tinggi, ia menolak keputusan DPP yang dianggap mengabaikan proses demokrasi di tubuh partai.
“Tidak bisa. Kami tidak setuju. Kami menolak. Dia (BNO) tidak berdarah-darah terhadap partai ini,” teriak Sulaiman, disambut riuh peserta.
Sembilan DPC secara serentak memutuskan meninggalkan ruangan. Di antaranya termasuk Ketua DPC Maluku Barat Daya (MBD), Erick Angky, yang sebelumnya disebut sebagai salah satu kandidat Ketua DPD.
Meski sejumlah calon lain seperti Sulaiman Layn dan Sulaiman Letsoin masih bertahan, keduanya terlihat tak kuasa menahan tangis. Mereka berpelukan sambil mengusap air mata sebagai tanda menerima hasil putusan DPP, meski getir.
Sementara itu, pimpinan sidang Musda, Serfasius, hanya berkomentar singkat, “Bagi yang tidak setuju, silakan meninggalkan forum.”
Di luar forum, Erick Angky menyatakan sikap tegas. Ia menolak keputusan DPP yang dinilai tidak mencerminkan asas musyawarah mufakat. Erick bahkan mengumumkan langkah politik besar: mundur dari Partai Hanura.
“Beta punya kewajiban moral berdiri di depan saudara-saudara DPC. Kalau keputusan ini bertentangan dengan hati nurani, maka beta menolak,” ujarnya.
Erick menegaskan, dirinya sudah muak dengan dinamika internal Hanura yang disebutnya penuh intrik dan “perilaku preman politik”. Ia bahkan menyatakan siap membawa kekuatan politiknya di MBD untuk berlabuh ke Partai Gerindra.
“Saya nyatakan mundur. Saya akan tawarkan kekuatan politik di MBD untuk bergabung dengan Partai Gerindra. Jika harus sujud sembah kepada Ketua DPD Gerindra Maluku, Pak Hendrik Lewerissa, saya siap,” tegas Erick.
Dalam pernyataannya, Erick masih menyampaikan rasa hormat pribadi kepada BNO yang dianggapnya sebagai sosok senior. Namun, ia menilai keputusan DPP tidak sejalan dengan prinsip moral yang kerap digaungkan Ketua Umum Hanura, Oesman Sapta Odang (OSO).
“Perlu dicatat, pemimpin dihargai jika perkataan dan perbuatan selaras. Kalau begini caranya, beta pilih keluar tinggalkan Hanura,” pungkas Erick.
Aksi walkout massal ini menandai babak baru turbulensi di tubuh Hanura Maluku. Alih-alih menjadi ajang konsolidasi, Musda justru meninggalkan luka politik. Dengan ancaman eksodus kader ke partai lain, masa depan Hanura di Maluku kini berada di ujung tanduk.(***)