AkuratMaluku.com – Semangat demokrasi tak hanya hidup di ruang politik, tapi kini berakar kuat di lingkungan pendidikan. SMA PGRI 1 Ambon menjadi contohnya. Sekolah ini tengah bersiap melaksanakan pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS periode 2025–2026 yang akan digelar Jumat pekan depan, 20 Oktober 2025.
Sebanyak empat pasangan calon dari siswa kelas X dan XI siap berkompetisi memperebutkan suara teman-temannya: Jhon I. F. Latuperissa – Fitria Terasina Lololuan (01), Enrico Fauzan – Ferlly Bredly De Fretes (02), Batsyeba Thalita Reane – Marsya Kainama (03), serta Cherry F. Rumahpassal – Vania Pattipeiluhu (04).
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Johannis P. Tupan, menegaskan bahwa pemilihan OSIS bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi bagian dari pendidikan karakter dan demokrasi yang membumi.
“Kami ingin siswa belajar berani menyampaikan pendapat, menghargai perbedaan, dan memimpin dengan karakter. Demokrasi bukan teori, tapi harus dipraktikkan,” ujarnyaujarnya, Jumat (17/10/25)
Proses pemilihan berlangsung layaknya pemilu sungguhan: ada penjaringan calon, kampanye visi-misi, kotak suara, hingga saksi pengawas. Menurut Tupan, guru hanya berperan sebagai pembimbing, sementara seluruh proses diatur oleh panitia siswa.
Kepala SMA PGRI 1 Ambon, Laurens Makatipu, menyebut kegiatan ini sebagai “miniatur demokrasi Indonesia di sekolah.”
“Kami ingin siswa mengalami langsung bagaimana proses demokrasi berjalan sehat dan transparan. Dari sini lahir calon pemimpin masa depan yang terbiasa berpikir kritis dan bertanggung jawab,” katanya.
Uniknya, pelantikan pengurus OSIS tahun ini dijadwalkan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, untuk menanamkan nilai historis dan nasionalisme di kalangan siswa.
“Kami ingin momentum Sumpah Pemuda menginspirasi mereka menjadi generasi yang berani bersuara dan berbuat untuk kemajuan,” tutur Makatipu.
Lebih dari sekadar memilih ketua, pemilihan OSIS di SMA PGRI 1 Ambon adalah panggung pendidikan demokrasi sejati tempat para siswa belajar arti kepemimpinan, tanggung jawab, dan menghormati pilihan bersama.
“Jika sejak sekolah mereka sudah belajar demokrasi yang jujur dan terbuka, maka kelak di masyarakat mereka akan menjadi warga yang dewasa dalam berpikir dan bertindak,” pungkas Makatipu.(*)






