AkuratMaluku.com – Anggota Komite II DPD RI, Letjen TNI (Purn) Nono Sampono menilai Kepulauan Banda di Maluku memiliki nilai sejarah dan kekayaan budaya yang lengkap, sehingga layak ditetapkan sebagai destinasi pariwisata premium nasional.
Hal itu disampaikan Nono saat melakukan kunjungan reses ke Maluku dan bersilaturahmi ke Universitas Islam Negeri (UIN) A. M. Sangadji Ambon, Selasa (14/10/2025). Dalam pertemuan tersebut, Nono diterima langsung oleh Rektor UIN A. M. Sangadji, Dr. Abidin Wakano beserta jajaran rektorat.
Di sela diskusi santai yang membahas isu geopolitik, ketahanan pangan, ekonomi syariah, hingga potensi wisata, Nono menegaskan bahwa Banda memiliki daya tarik historis yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia.

“Sekarang kita atur supaya Banda bisa jadi destinasi premium, setara bahkan melampaui Labuan Bajo. Saya sudah sampaikan ke Presiden dan Wapres, kalau kita mau destinasi kelas dunia, maka Banda adalah tempatnya,” tegasnya.
Menurut Nono, Banda adalah “laboratorium sejarah dunia” yang menyimpan warisan peradaban kolonial sekaligus simbol diplomasi global.
“Di Banda ada empat benteng peninggalan Belanda, Portugis, Spanyol, dan Inggris. Di sana juga pernah terjadi pertukaran Pulau Run dengan Manhattan — peristiwa bersejarah yang menandai hubungan dagang global abad ke-17. Bung Hatta dan Syahrir pun pernah dibuang ke sana. Tidak ada daerah lain di Indonesia yang punya muatan sejarah selengkap Banda,” ujar Nono.

Ia menambahkan, jika Banda dijadikan ikon pariwisata nasional, maka wilayah lain di Maluku seperti Tual, Tanimbar, Saparua, dan Seram akan ikut terangkat secara ekonomi.
“Kalau kita punya ikon kuat, daerah lain ikut laku. Itu cara berpikirnya,” tandasnya.
Namun, di balik potensi besar itu, Nono juga mengingatkan tentang posisi strategis Maluku dalam peta geopolitik global. Ia menyoroti dinamika keamanan di Laut Cina Selatan, serta meningkatnya kehadiran armada Amerika Serikat dan Australia di kawasan Pasifik, termasuk Papua Nugini.
“Sekarang sudah ada armada Amerika di PNG. Kalau terjadi konflik di Laut Cina Selatan, jangan pikir kita aman. Orang berkelahi di halaman rumah kita, masa kita diam?” ujar mantan Wakil Ketua DPD RI itu.

Karena itu, ia menilai penting adanya penguatan infrastruktur logistik dan pertahanan di wilayah timur Indonesia, terutama dalam menghadapi situasi darurat.
“Kalau perang, yang paling dibutuhkan adalah logistik — makanan dan air. Karena itu saya sudah bicara dengan Bappeda dan gubernur agar logistik terpadu di Seram disiapkan. Akan ada Batalyon Marinir di sana,” kata Nono.
Selain isu pertahanan dan pariwisata, Nono juga menyoroti peran kampus dalam menjaga stabilitas nasional di tengah derasnya arus globalisasi.
“Kampus jangan hanya bicara teori. Dunia sedang bergerak cepat. Barang-barang, teknologi, bahkan pengaruh politik datang dari luar. Kita harus siap, jangan jadi penonton di negeri sendiri,” pesannya.
Nono menutup pertemuan itu dengan ajakan agar Maluku menatap masa depan dengan visi ganda menjadi pusat pariwisata dunia sekaligus poros strategis pertahanan nasional.
“Banda itu mutiara sejarah dan geopolitik. Kalau kita siapkan dengan benar, dunia akan datang ke Maluku,” pungkasnya.(*)






